Ini 7 Jenis Games Online yang Butuh Pendampingan Orang Tua, Berbahaya Dampaknya

Ini 7 Jenis Games Online yang Butuh Pendampingan Orang Tua, Berbahaya Dampaknya
Ini 7 Jenis Games Online yang Butuh Pendampingan Orang Tua, Berbahaya Dampaknya

Berkassekolah – Di era digital saat ini, game online telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan anak-anak. Perangkat seperti ponsel, tablet, dan komputer memberikan akses mudah ke berbagai jenis permainan yang menawarkan hiburan, petualangan, hingga interaksi sosial secara virtual. Tidak dapat dipungkiri, game online memang memiliki manfaat positif, seperti meningkatkan keterampilan kognitif, kerja tim, serta kreativitas. Namun, tanpa pengawasan yang tepat, games online juga dapat membawa dampak negatif yang serius bagi perkembangan anak.

7 Jenis Games Online yang Butuh Pendampingan Orang Tua

Orang tua seringkali merasa kesulitan untuk membatasi waktu bermain game karena khawatir akan membuat anak merasa kecewa atau bahkan memberontak. Di sisi lain, ketidakpahaman tentang jenis-jenis game online yang dimainkan anak membuat orang tua tidak menyadari risiko yang mengintai. Faktanya, beberapa game memiliki potensi adiksi, transaksi mikro yang tidak terkendali, hingga ancaman predator online. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memahami jenis-jenis game online yang membutuhkan pendampingan lebih ketat agar anak-anak tetap aman dan sehat dalam dunia digital.

Berikut ini adalah tujuh jenis game online yang perlu diwaspadai oleh orang tua karena memiliki dampak negatif jika dimainkan tanpa pengawasan yang tepat.

1. Massive Multiplayer Online Role-Playing Games (MMORPG)

MMORPG adalah jenis game yang memungkinkan pemain untuk menjalani karakter virtual dalam dunia yang luas dan interaktif. Contoh populer dari jenis ini adalah World of Warcraft, Genshin Impact, dan Final Fantasy XIV. Game ini menarik minat pemain dengan alur cerita yang dalam, grafik yang memukau, serta komunitas online yang luas.

Namun, sisi negatif dari MMORPG adalah durasi permainan yang panjang dan cenderung membuat pemain terjebak dalam konsep grinding, yaitu pengumpulan item atau pengalaman dalam waktu yang lama untuk memperkuat karakter. Ini dapat membuat pemain mengabaikan kehidupan sosial dan tanggung jawab di dunia nyata. Selain itu, MMORPG seringkali menawarkan transaksi mikro untuk item atau karakter langka, yang bisa memicu pengeluaran uang yang tidak terkendali.

Orang tua sebaiknya membatasi waktu bermain anak dan memberikan pemahaman tentang penggunaan uang dalam game. Selain itu, mendampingi anak saat bermain dapat membantu orang tua mengenali jenis interaksi online yang terjadi di dalam game.

2. Multiplayer Online Battle Arena (MOBA)

Game jenis MOBA seperti Mobile Legends, League of Legends, dan Dota 2 sangat populer di kalangan anak-anak dan remaja. Game ini mengharuskan pemain bekerja sama dalam tim untuk mengalahkan tim lawan dalam pertempuran kompetitif yang intens.

Meskipun dapat melatih keterampilan strategi dan kerja tim, MOBA juga memiliki dampak negatif seperti toxic behavior yang berupa kata-kata kasar dan perilaku agresif. Tekanan untuk memenangkan pertandingan dan mempertahankan peringkat juga dapat memicu ranked addiction, di mana pemain terus-menerus bermain demi meningkatkan peringkat mereka. Jika kalah, pemain seringkali merasa frustrasi dan stres.

Pendampingan orang tua sangat penting untuk memantau interaksi online dan membantu anak mengelola emosi saat bermain. Orang tua juga bisa mendorong anak untuk beristirahat secara teratur guna menghindari kecanduan.

3. First-Person Shooter (FPS) & Battle Royale

Game FPS dan Battle Royale, seperti Call of Duty: Warzone, PUBG, Free Fire, dan Valorant, menawarkan pengalaman pertempuran yang seru dengan grafis realistis dan gameplay penuh aksi. Game ini biasanya melibatkan elemen kekerasan, seperti menembak atau mengalahkan lawan untuk bertahan hidup.

Paparan kekerasan dalam game ini dapat memengaruhi cara berpikir dan emosi pemain, terutama pada anak-anak yang masih dalam masa perkembangan psikologis. Selain itu, adrenalin tinggi yang dirasakan saat bermain membuat anak sulit berhenti bermain, sehingga rentan mengalami frustrasi dan kecanduan.

Orang tua disarankan untuk memeriksa rating usia pada game jenis ini dan menjelaskan kepada anak bahwa kekerasan dalam game tidak boleh ditiru dalam kehidupan nyata. Bermain bersama anak juga dapat menjadi cara efektif untuk memberikan edukasi tentang nilai-nilai positif.

4. Survival & Sandbox Games

Game jenis ini, seperti Minecraft, ARK: Survival Evolved, dan Rust, mengajak pemain untuk bertahan hidup dan membangun dunia virtual tanpa batasan waktu. Konsep eksplorasi dan kreativitas dalam game ini seringkali membuat pemain sulit berhenti bermain.

Keterlibatan dalam dunia virtual secara berlebihan dapat menyebabkan isolasi sosial dan mengganggu pola tidur anak. Dalam jangka panjang, ini dapat memengaruhi kesehatan mental dan kemampuan bersosialisasi di dunia nyata.

Pendampingan orang tua diperlukan untuk mengatur waktu bermain dan mendorong anak melakukan aktivitas di dunia nyata seperti olahraga atau membaca buku. Selain itu, orang tua bisa ikut bermain untuk memantau konten yang diakses anak dalam game.

5. Gacha Games & Collectible Card Game

Gacha Games seperti Genshin Impact, Honkai: Star Rail, dan Fate/Grand Order menggunakan mekanisme undian acak untuk mendapatkan karakter atau item langka. Sistem ini mirip dengan perjudian dan dapat memicu pengeluaran uang yang tidak terkendali.

Anak-anak yang tidak memahami nilai uang dapat terjebak dalam siklus membeli item untuk mendapatkan karakter favorit. Untuk mengatasi hal ini, orang tua perlu membatasi akses pada fitur pembelian dalam game dan memberikan edukasi tentang penggunaan uang secara bijak.

6. Social Simulation & Life Simulation Games

Contoh dari game ini adalah The Sims, Animal Crossing, dan Roblox. Game ini memungkinkan pemain untuk menjalani kehidupan virtual dengan berinteraksi secara online dengan pemain lain.

Risiko terbesar dalam game ini adalah interaksi dengan orang asing yang tidak selalu aman bagi anak-anak. Selain itu, fokus pada kehidupan virtual bisa membuat anak menghindari realitas dan mengurangi produktivitas.

Orang tua sebaiknya memantau teman-teman online anak dan membahas risiko berkomunikasi dengan orang asing. Bermain bersama anak juga bisa menjadi momen edukasi yang efektif.

7. Gambling & Casino-Style Games

Game dengan elemen perjudian seperti CS: GO Skin Gambling dan Slotomania sangat berbahaya karena dapat menanamkan kebiasaan buruk sejak dini. Selain itu, fitur loot boxes dalam game seringkali memicu pembelian impulsif.

Orang tua perlu mencegah akses ke game dengan konten perjudian dan menjelaskan tentang dampak negatif kebiasaan berjudi.

Kesimpulan dan Saran untuk Orang Tua

Pendampingan orang tua dalam penggunaan game online sangat penting untuk menghindari dampak negatif yang merugikan. Membatasi waktu bermain, memantau interaksi online, dan berdiskusi secara terbuka tentang risiko game online adalah langkah efektif yang bisa diambil. Selain itu, orang tua dapat mendorong anak melakukan kegiatan alternatif di dunia nyata yang positif dan produktif.

Dengan pemahaman yang baik dan pendekatan yang tepat, game online tetap bisa menjadi sarana hiburan yang menyenangkan tanpa mengorbankan kesejahteraan anak.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *